'/> 11 Alasan Mengapa Banyak Negara Di Afrika Miskin Dan Terbelakang

Info Populer 2022

11 Alasan Mengapa Banyak Negara Di Afrika Miskin Dan Terbelakang

11 Alasan Mengapa Banyak Negara Di Afrika Miskin Dan Terbelakang
11 Alasan Mengapa Banyak Negara Di Afrika Miskin Dan Terbelakang

Afrika yaitu benua yang kaya akan sumber daya alam. Tetapi, benua ini justru menjadi benua termiskin di dunia. Total PDB tiruana negara di Afrika hampir sepertiga dari PDB Amerika Serikat. Meskipun demikian, pertumbuhan ekonomi negara-negara Afrika merupakan salah satu yang tercepat di dunia. Meskipun masih ada sejumlah negara yang dilanda konflik dan kemiskinan yang luar biasa. Kemiskinan di Afrika sepertinya tidak ringan dan sepele dipecahkan dan ada perdebatan perihal penyebabnya. Penyebab umumnya yaitu perang, kerusuhan, korupsi, politik yang tidak stabil, dan rezim pemerintah yang lalai. Mengapa Afrika banyak mempunyai negara miskin dan terbelakang? Langsung saja kita simak yang pertama:

Baca juga: 20 Negara Miskin di Benua Afrika

Afrika yaitu benua yang kaya akan sumber daya alam 11 Alasan Mengapa Banyak Negara di Afrika Miskin dan Terbelakangnegara maju menghambat pertumbuhan Afrika. Knorma dan budpekerti negara-negara berkembang memanen hasil pertanian dengan biaya rendah, mereka umumnya tidak mengekspor sebanyak yang diharapkan. Berlimpahnya subsidi pertanian dan tingginya tarif impor di negara maju menyerupai Jepang, Uni Eropa, dan Amerika Serikat dianggap menjadi penyebabnya. Meskipun subsidi dan tarif telah dikurangi secara bertahap, tetap saja masih tinggi.

Kondisi domestik juga mempengaruhi ekspor. Over-regulasi di beberapa negara Afrika justru mencegah ekspor. Penelitian oleh Jane Shaw memperlihatkan bahwa intervensi negara besar menekan pertumbuhan ekonomi Afrika. Petani hanya bisa melayani pasar lokal lantaran peluang ekspor sangat sedikit. Karena terdesak pasar, para petani memberikannovasi ludang kecepeh sedikit sehingga menumbuhkan ludang kecepeh sedikit masakan yang semakin menggerogoti kinerja ekonomi.

9. Konflik Berkepanjangan

Negara-negara di Afrika dikenal rawan konflik dan kekerasan menyerupai di Sudan Selatan, Somalia, Zimbabwe, Sudah, Chad, dan Republik Demokratik Kongo. Pemerintah Somalia bahkan tidak mempunyai otoritas atas sebagian besar daerahnya sehingga disebut negara gagal. Perang saudara di Republik Demokratik Kongo dan Sudan Selatan telah menciptakan sebagian warga hidup di bawah garis kemiskinan. Kekayaan alam dan mineral habis untuk mendanai perang dan kepentingan pribadi. Selain itu, ada juga pergolakan etnis yang semakin memperparah konflik di Afrika.

10. Pemerintah yang Tidak Stabil dan Korup

Meskipun pada tahun 1960-an tingkat pendapatan Afrika dan Asia sama, Asia melampaui Afrika semenjak itu. Salah satu ekonom beropini bahwa pembangunan ekonomi Asia yang pesat dihasilkan dari investasi lokal. Korupsi di Afrika salah satunya berupa pemindahan modal finansial yang dihasilkan negara tidak untuk investasi di negaranya sendiri, melainkan disimpan di luar negeri. Stereotip para diktator Afrika dengan rekening bank Swiss seringkali seksama. Peneliti dari University of Massachusetts memperkirakan bahwa dari 1970 sampai 1996, pelarian modal dari 30 negara sub-Sahara mencapai US$ 187 miliar meludang kecepehi utang luar negeri negara tersebut. Pejabat seringkali menyimpan kekayaan mereka di luar negeri dan kemungkinan tidak akan diambil untuk masa depan.

Meskipun korupsi menjadi persoalan umum di setiap negara, di Afrika seringkali ludang kecepeh parah. Banyak penduduk orisinil Afrika percaya bahwa korelasi keluarga ludang kecepeh penting daripada profesionalisme sehingga orang-orang berwenang sering memakai nepotisme dan penyuapan untuk kepentingan mereka.

11. Bantuan Luar Negeri

Kebanyakan kelaparan ludang kecepeh disebabkan oleh kurangnya pendapatan dibandingkan kekurangan makanan. Dalam situasi menyerupai ini, pemberian masakan (sebagai lawan dari pemberian keuangan) mempunyai dampak dan efek menghancurkan pertanian lokal dan memmemberikan manfaat bagi agribisnis Barat yang sangat overproduksi masakan sebagai akhir dari subsidi pertanian. Secara historis, pemberian masakan ludang kecepeh tinggi berkesamaan dengan keludang kecepehan pasokan di negara-negara Barat daripada kebutuhan negara-negara berkembang. Bantuan luar negeri telah menjadi potongan dari pembangunan ekonomi Afrika semenjak 1980-an.

Model pemberian telah dikritik lantaran menggantikan inisiatif perdagangan. Bukti yang berkembang memperlihatkan bahwa pemberian luar negeri justru menciptakan benua tersebut menjadi ludang kecepeh miskin. Salah satu kritikus terbesar dari model pemberian yaitu ekonomi Dambiso Moyo (seorang ekonom Zambia yang berbasis di Amerika Serikat) yang menyoroti bagaimana pemberian gila telah menjadi penghalang bagi pembangunan lokal.

Saat ini, Afrika menghadapi persoalan penerimaan pemberian gila di kawasan yang ada potensi penghasilan tinggi. Afrika membutuhkan ludang kecepeh banyak kudang kecepejakan ekonomi dan partisipasi aktif dalam ekonomi dunia.

Advertisement

Iklan Sidebar