'/> 6 Baju Etika Yogyakarta

Info Populer 2022

6 Baju Etika Yogyakarta

6 Baju Etika Yogyakarta
6 Baju Etika Yogyakarta
6 Pakaian Adat Yogyakarta | TradisiKita - Yogyakarta mempunyai bermacam-macam adat istiadat yang unik dan berbeda dari tempat lainnya di Indonesia. Salah satu keunikan yang dimiliki oleh Provinsi Yogyakarta yaitu pakaian tradisional atau baju adat nya.

Keunikan baju adat Yogyakarta selain dari bentuk bajunya juga atas penggunaannya. Bahwa masyarakat Yogyakarta mempunyai setidaknya 6 baju adat yang digunakan oleh kaum laki-laki dan perempuan dewasa, remaja dan anak-anak. Selain itu ada baju adat yang khusus digunakan pada program tertentu saja disamping penggunaan baju adat Yogyakarta sehari-hari.

Orang jawa khususnya masyarakat Yogyakarta mempunyai pepatah yang menjadi aliran hidup mereka yaitu "ajining diri saka lati, ajining raga saka salira" yang berarti jiwa dan raga harus mendapat perhatian yang serius biar mendapat penghormatan dari pihak lain. Oleh alasannya yaitu itu diantara ajining raga yaitu memperhatikan budpekerti dalam berpakaian. Dan memberikankut ini, TradisiKita akan mencoba merangkum 6 baju adat Yogyakarta yang perlu kita ketahui bersama :

1. Pakaian Adat Yogyakarta untuk Laki-Laki Dewasa


Pada umumnya, pakaian / baju adat laki-laki remaja di Jogja yaitu mengenakan surjan serta kebawahan berupa kain batik atau yang disebut jarik. Penggunaan Blankon (penutup kepala) juga menjadi keharusan pada ketika penggunaan pakaian / baju surjan. Selain blankon, lelaki remaja Yogyakarta juga menggunakan ganjal kaki berupa sendal / selop.


2. Pakaian Adat Yogyakarta untuk Wanita Dewasa


Wanita remaja di Yogyakarta menggunakan pakaian adat berupa kebaya dengan bawahan kain batik/jarik. Ciri khas lainnya yaitu tatanan rambut yang disanggul / konde. Bahan kain yang digunakan untuk pembuatan pakaian adat yogyakarta antara lain berasal dari materi katun, materi sutera, kain sunduri, nilon, lurik, atau bahan-bahan estetis. Teknik pembuatannya ada yang ditenun, dirajut, dibatik, dan dicelup. Sementara untuk kebaya sendiri kebanyakan menggunakan materi beludru, brokat, atau sutera.



3. Baju Adat Anak Laki-Laki Yogyakarta


Baju adat Yogyakarta yang diperuntukkan bagi anak laki-laki dikenal dengan nama kencongan. Kencongan yang dikenakan oleh anak laki-laki ini terdiri dari kain batik yang dikenakan dengan baju surjan, lonthong tritik, ikat pinggang berupa kamus songketan dengan cathok terbuat dari suwasa (emas berkadar rendah). Sementara untuk pakaian keseharian terdiri dari baju surjan, kain batik dengan wiru di tengah, lonthong tritik, kamus songketan, timang, serta mengenakan dhestar sebagai tutup kepala.


4. Pakaian Adat Yogyakarta untuk Anak Wanita

Baju adat untuk anak perempuan di Yogyakarta disebut dengan Sabukwala Padintenan.  Baju adat ini berbentuk jarik / kain batik bermotif parang, ceplok, atau gringsing, baju katun, ikat pinggang kamus yang dihiasi dengan hiasan bermotif tanaman atau fauna, menggunakan lonthong tritik, serta mengenakan cathok dari perak berbentuk kupu-kupu, burung garuda, atau merak. Dimasukkan pula penggunaan embel-embel dari subang, kalung emas dengan liontin berbentuk mata uang (dinar), gelang berbentuk ular (gligen) atau model sigar penjalin sebagai petidak ada yang kurang. Bagi yang berambut panjang tatanan rambutnya dibentuk model kone atau disanggul.



Selain baju adat Yogyakarta yang disebutkan diatas, masih terdapat baju adat yang khusus digunakan oleh Keraton. Pakaian Adat Yogyakarta yang khusus digunakan oleh lingkungan keraton terdiri dari pakaian abdi dalem punokawan dan pakaian pejabat keraton / abdi dalem keprajan .

Dalam sistem pemerintahan di Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat terdapat abdi dalem yang membantu Sultan dalam acara operasional di Kraton. Abdi dalem di kraton terdiri dari 2 yaitu abdi dalem keprajan dan abdi dalem punokawan. Abdi dalem keprajan yaitu abdi dalam yang bertugas di dinas/instansi pemerintahan sedangkan abdi dalem punokawan bertugas hanya di kraton saja.

Abdi Dalem Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat | dejogjaku.blogspot.co.id/

Berikut ini klarifikasi mengenai pakaian / baju adat keraton Yogyakarta :

1. Pakaian untuk Abdi Dalem



Abdi dalem yaitu seluruh pegawai atau karyawan keraton, yang umumnya tinggal di sekitar keraton. Pakaian mereka terdiri dari dua macam, yakni Sikep Alit dan Langenarjan.

Baju adat yang disebut dengan Sikep Alit terdiri dari kain batik sawitan, baju hitam dari materi laken (dengan kancing dari tembaga atau kuningan yang disepuh emas, berjumlah 7 hingga 9 buah), epilog kepala destar, keris model gayaman (diletakan di peinggang sebelah kanan belakang), selop hitam, topi pet hitam dengan pasmen emas. Pakaian model ini dikenakan untuk keperluan sehari-hari.

Sedangkan Langeran merupakan seperangkat pakaian dengan pertidak ada yang kurangan kain batik, baju bukakan yang yang dibentuk dari materi laken warna hitam, kemeja putih dengan kerah model berdiri, destar sama dengan model pakaian Sikepan Alit, keris model ladrangan atau gayman, digunakan di pinggang sebelah belakang kanan, dasi berwarna putih model kupu-kupu, serta selop berwarna hitam. Jenis pakaian ini pada umumnya dikenakan pada waktu malam untuk mengdatang i suatu pertemuan dan jamuan makan malam dalam satu pesta khusus.

2. Pakaian Untuk Pejabat Keraton

Baju adat yang dikenakan oleh pejabat keraton yang sedang dalam kiprah disebut dengan baju ageng.
Secara umum pakaian Ageng merupakan seperangkat pakaian adat yang berupa model jas laken berwarna biru renta dengan kerah model berdiri, serta dengan rangkapan sutera berwarna biru tua, yang panjangnya mencapai bokong, tidak ada yang kurang dengan ornamen kancing-kancing bersepuh emas. Celananya sendiri berwarna hitam. Topi yang dikenakan terbuat dari materi laken berwarna biru tua, dengan model bulat-panjang, dengan tinggi 8 cm.

Namun demikian pakaian adat atau baju ageng ini mempunyai beberapa ornamen yang berbeda menurut jabatan atau fungsi di Keraton, sebagaimana klarifikasi memberikankut ini :

  • Pakaian bupati bertitel pangeran dimemberikan plisir renda emas lugas lebar 1 cm, dipasang secara teratur di tepi kerah. Pada tiruana bab tepi jas dimemberikan hiasan renda dengan bordiran motif bunga padi.
  • Pakaian bupati bertitel adipatisong-song jene” (payung kuning) menyerupai pakaian bupati bertitel pangeran, hanya terdapat sedikit hiasan bordiran pada bab bawah kerah tidak melingkar secara penuh, tetapi ada jarak sekitar 8 cm.
  • Pakaian bupati bertitel adipati menyerupai pakaian adipati “song-song jene”. Perbedaannya terletak pada hiasan bordiran pada bab bawah kerah.
  • Pakaian bupati bertitel temanggung menyerupai pakaian adipati, dengan perbedaan pada bordiran sebelah bawah, yang panjangnya hanya 2/3 dari ukuran lingkaran jas.
  • Pakaian patih seperti pakaian tumanggung, tetapi bordiran di bab depan panjangnya hingga 3 ½ cm hingga bab bawah kancing.
  • Pakaian kepala area dan tempat (wedana) menyerupai pakaian patih, tetapi dengan bordiran bab depan dan bab belakang dan ujung lengan hanya 2 cm lebarnya dari plisir.
  • Pakaian kepala onder area dan tempat (asisten wedana), menyerupai pakaian patih, tetapi bordiran bab depan dan bab belakang dan ujung lengan hanya 2 cm lebarnya dari plisir.
  • Pakaian mantri polisi seperti pakaian kepala onder area dan daerah, tetapi tana plisir di bab depan dan tanpa bordiran bunga padi pada bab kerahnya.
Demikian Sobat Tradisi, citra singkat mengenai 6 pakaian adat Yogyakarta. Semoga memberi manfaat.

Referensi :

  1. https://fitinline.com/article/read/6-ragam-pakaian-adat-tradisional-yogyakarta/
  2. http://kebudayaanindonesia.net/kebudayaan/979/pakaian-adat-d-i-yogyakarta
  3. https://dejogjaku.blogspot.co.id/
Advertisement

Iklan Sidebar