'/> 4 Baju Akhlak Nusa Tenggara Barat

Info Populer 2022

4 Baju Akhlak Nusa Tenggara Barat

4 Baju Akhlak Nusa Tenggara Barat
4 Baju Akhlak Nusa Tenggara Barat
Baju Adat Nusa Tenggara Barat | TradisiKita - Provinsi Nusa Tenggara Barat merupakan provinsi yang terletak di Kepulauan Nusa Tenggara dengan 2 Pulau besarnya yaitu Pulau Sumbawa dan Pulau Lombok. Pulau Sumbawa dihuni oleh lebih banyak didominasi suku Bima, sedangkan pulau Lombok oleh suku Sasak.

Pada kesempatan yang telah lalu, kita sudah mengenal Kain Tenun Khas Lombok - Nusa Tenggara Barat. Pada kesempatan ini kita akan mengenal ludang keringh jauh mengenai baju akhlak Nusa Tenggara Barat  yaitu baju akhlak suku Sasak dan suku Bima yang tinggal di Pulau Lombok dan Sumbawa, Nusa Tenggara Barat.

Baju Adat Nusa Tenggara Barat


Secara umum baju akhlak Nusa Tenggara Barat ini dibagi menjadi 2 macam, yaitu baju akhlak untuk laki-laki dan baju akhlak untuk perempuan. Berbicara baju / pakaian akhlak NTB ini kita tidak akan lepas dari keunikan masing-masing pakaian akhlak dari 2 suku besar di NTB yaitu pakaian akhlak Suku Sasak dan pakaian akhlak suku Bima, NTB.

1. Pakaian Adat Suku Sasak


Pakaian akhlak NTB khususnya yang berasal dari suku Sasak dikenal dengan nama Lambung dan Pegon. Seperti apa baju akhlak NTB dari suku Sasak ini? mari simak klarifikasi mengenai pakaian akhlak suku sasak dibawah ini :

a. Baju Adat Lambung


Wanita sasak menggunakan pakaian akhlak khas suku Sasak yang didominasi warna hitam.

 Provinsi Nusa Tenggara Barat merupakan provinsi yang terletak di Kepulauan Nusa Tenggara  4 Baju Adat Nusa Tenggara Barat
Baju akhlak suku sasak NTB

Pakaian akhlak sasak untuk perempuan yang disebut Lambung yaitu baju hitam tanpa lengan dengan kerah berbentuk segitiga atau hurup “V” dan sedikit hiasan di belahan pinggir baju. Pakaian ini menggunakan materi kain pelung. Sebagai pekomplit Lambung, dikenakan selendang yang menjuntai di pundak kanan bercorak ragi genep yang merupakan jenis kain songket khas sasak, sepadu dengan sabuk anteng (ikat pinggang) yang dililitkan dan belahan ujungnya yang berumbai dijuntaikan di pinggang sebelah kiri.

Pada belahan bawahannya menggunakan kain panjang hingga lutut atau mata kaki dengan bordiran di tepi kain dengan motif kotak-kotak atau segitiga.

Sebagai aksesoris dimenambahkan sepasang gelang pada tangan dan kaki berbahan perak. Sowang (anting-anting) berbentuk bundar terbuat dari daun lontar. Rambut diikat rapi dan sebagai tekanan bunyi diselipkan bunga cempaka dan mawar, atau sanggup juga disanggul dengan model punjung pliset.

Pakaian akhlak lambung dipakai gadis-gadis Sasak khusus untuk menyambut tamu dan pembawa woh-wohan dalam upacara mendakin atau nyongkol.

Disebut baju lambung, konon sebab belahan bawahnya hanya hingga lambung atau perut. Baju ini memang menggantung dan sedikit mengembang di belahan perut. Itu sebab belahan tengahnya dikerutkan hingga ke ujung tepian leher.

Baju Lambung Khas Sasak | Gambar : sasakadie.blogspot.co.id

a. Baju Adat Pegon

Baju pegon merupakan busana akhlak suku Sasak untuk kaum pria. Pegon dipengaruhi oleh tradisi Jawa dengan pembiasaan dari jas eropa sebagai lambang keagungan dan kesopanan. Bahan yang dipakai berwarna polos dengan modifikasi dibagian belakang supaya praktis menyelipkan keris.

Untuk belahan kepala, lelaki sasak yang menggunakan pakaian akhlak sasak biasanya akan mengenakan Sapuq/Sapuk (batik, pelung, songket): Sapuk merupakan mahkota bagi pemakainya sebagai tanda kejantanan serta menjaga fatwa dari hal-hal yang kotor dan sebagai lambang penghormatan kepada Tuhan yang Maha Esa. Jenis dan cara penggunaan sapuq pada pakaian akhlak sasak tidak dibenarkan menggandakan cara penggunaan sapuq untuk ritual agama lain.


Untuk ikat pinggang (leang/tampet atau dodot), menggunakan kain songket bermotif Benang Mas sebagai pasangan Pegon pemakaiannya tidak ibarat ikat pinggang melainkan ludang keringh berfungsi sebagai tekanan suara, sekilas ibarat busana tradisional melayu. Untuk masyarakat biasa, kain songket yang dipakai bermotif ragi genep, penggunaannya dililitkan biasa ibarat ikat pinggang pada umumnya.

Leang atau tampet atau dodot ini berfungsi untuk menyelipkan keris. Untuk keris yang berukuran besar, biasanya diselipkan di belakang. Sedangkan untuk keris yang berukuran kecil diselipkan di depan. Penggunaan keris tidak mutlak, keris sanggup diganti dengan pemaja atau pisau raut.

Sebagai bawahan, laki-laki Sasak menggunakan wiron atau cute. Wiron berbahan batik Jawa dengan motif tulang nangka atau kain pelung hitam. Penggunaannya ibarat kain di Jawa atau samping di Sunda yang menjuntai hingga mata kaki. Untuk penggunaan wiron, tidak diperkenankan menggunakan kain polos berwarna merah atau putih. Sebagai pembeda antara masyarakat biasa dengan pemangku adat, pemangku akhlak menggunakan Selendang Umbak. berbentuk sabuk yang dibentuk dengan ritual khusus dalam keluarga sasak. Warna kain umbak putih merah dan hitam dengan panjang hingga dengan empat meter. Di ujung benang digantungkan uang cina (kepeng bolong).

Selain perkomplitan busana akhlak Sasak diatas, khusus untuk pemangku akhlak dipakai pula Selendang Umbak. Umbak yakni sabuk gendongan yang dibentuk dengan ritual khusus dalam keluarga sasak. Warna kain umbak putih merah dan hitam dengan panjang hingga dengan empat meter. Dihujung benang digantungkan uang cina (kepeng bolong). Umbak sebagai pakaian akhlak hanya digunkan oleh para pemangku adat, pengayom masyarakat. Umbak untuk busana sebagai lambang mengasihi dan kudang keringjakan.


2. Pakaian Adat Suku Bima

a. Pakaian akhlak suku Bima untuk wanita


Suku Bima atau Dou Mbojo yakni suku yang terdapat di Kota Bima dan Kabupaten Bima, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Suku Bima bermukim di tempat dataran rendah, yang berada dalam wilayah kabupaten Bima, Dongo dan Sangiang. Kondisi alam pemukiman suku Bima berbeda-beda, di tempat utara tanahnya sangat rindang, sedangkan sebelah selatan tanahnya gundul dan tidak rindang. Masyarakat suku Bima kebanyakan bermukim erat pesisir pantai. Suku Bima kadang disebut juga sebagai suku "Oma" (berpindah-pindah) sebab kudang keringasaan hidup mereka yang berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain.

Suku Bima mempunyai pakaian akhlak yang cukup unik yang disebut dengan Rimpu Cala, yaitu pakaian semacam hijab yang terdiri dari 2 kain sarung. Sarung pertama untuk menutupi belahan kepala dan lengan, kemudian kain lainnya dipakai sebagai rok.

Selin Rimpu Cala, ada juga rimpu mpida yang biasanya menutupi tubuh hingga hanya menyisakan mata layaknya menggunakan niqab. Rimpu mpida biasanya dipakai oleh perempuan yang belum berkeluarga.



b. Pakaian akhlak suku Bima untuk Laki-laki


Pakaian akhlak suku Bima, Nusa Tenggara Barat yang dikenakan oleh kaum lelaki berupa kemeja berlengan panjang dan mengenakan sambolo dibagian kepala. Sambolo merupakan ikat kepala.

Pada belahan bagian bawah, Pria Bima menggunakan kain songket berjulukan tembe me'e. Sebagai pekomplit dipakai pula salepe atau selendang yang berfungsi sebagai ikat pinggang.



Demikian Sobat Tradisi, 4 Pakaian Adat Nusa Tenggara Barat, khususnya dari suku Sasak dan Suku Bima yang sanggup ketahui bersama - sama. Semoga berguna menambah wawasan Sobat tradisi wacana kekayaan budaya Indonesia, khususnya pakaian adat nya.

Referensi :

  • /search?q=21/sasak-day/
  • http://sasakadie.blogspot.co.id/2015/10/busana-adat-sasak-untuk-pria
  • /search?q=21/sasak-day/
  • http://sasakadie.blogspot.co.id/2015/10/busana-adat-sasak-untuk-pria
  • https://www.wego.co.id/diberita/mengenal-pakaian-adat-rimpu/
Advertisement

Iklan Sidebar