'/> 10 Tari Tradisional Jawa Timur

Info Populer 2022

10 Tari Tradisional Jawa Timur

10 Tari Tradisional Jawa Timur
10 Tari Tradisional Jawa Timur
10 Tari Tradisional Jawa Timur | tradisikita.my.id - Jawa Timur yaitu sebuah provinsi yang terletak di Bagian Timur Pulau Jawa. Yaitu tempat dengan luas wilayah 47.922 km² mencakup 38 Kota dan Kabupaten. Dalam bidang tari tarian, daerah Jawa Timur mempunyai bermacam-macam seni tari yang sudah sangat dikenal oleh masyarakat Indonesia bahkan dunia. Sebut saja Tari Reog Ponorogo yang sangat dikenal dan banyak digunakan bahkan sempat akan dipatenkan oleh negara tetangga. Oleh alasannya yaitu itulah ada baiknya generasi muda mengenali budaya daerah sendiri hingga tidak akan diklaim oleh negara lainnya.

Banyak sekali tari daerah Jawa Timur yang ada dikala ini yang terdiri dari tari klasik, folkklasik/ tari rakyat, tari ciptaan atau tari modern. Seni Tari di Jawa Timur pada umumnya dikelompokan juga dalam seni tari gaya Jawa Tengahan, gaya Jawa Timuran, Tarian Jawa gaya Osing, dan tarian gaya Madura. Namun pada kesempatan ini, kita akan mengenal 10 tari tradisional Jawa Timur, yang kami sajikan secara singkat. Pembahasan mengenai detil tarian akan kami update kemudian pada artikel yang berbeda.

10 Tari Tradisional Jawa Timur

1. Tari Gandrung Banyuwangi


Tari Gandrung Banyuwangi yaitu tari daerah yang berasal dari Banyuwangi Jawa Timur. Kata Gandrung sendiri berarti terpesona, yaitu menggambarkan rasa pesona masyarakat Banyuwangi terhadap Dewi Sri atau Dewi Padi yang telah membawa kesejahteraan kepada masyarakat. Oleh lantaran itulah maka tari Gandrung Banyuwangi ini berlalu dan silam biasa dibawakan sehabis panen raya.

Tarian Gandrung Banyuwangi merupakan seni pertunjukan yang disajikan dengan iringan musik khas perpaduan budaya jawa dan Bali. Tari Gandrung dilakukan oleh seorang perempuan penari profesional yang menari bersama tamu (terutama pria) yang disebut dengan istilah pemaju

Gandrung sering dipentaskan pada aneka macam acara, mirip perkawinan, pethik laut, khitanan, tujuh belasan dan acara-acara resmi maupun tak resmi lainnya baik di Banyuwangi maupun wilayah lainnya. Menurut kudang kecepeasaan, pertunjukan tidak ada yang kurangnya dimulai semenjak sekitar pukul 21.00 dan berakhir hingga menjelang subuh (sekitar pukul 04.00)

Adapun kostum atau tata busana yang dikenakan oleh penari Gandrung Banyuwangi sedikit berbeda dengan penari jawa lainnya. Pakaian tradisional yang dikenakan oleh penari Gandrung Banyuwangi sedikit dipengaruhi oleh pakaian Bali.

Busana untuk tubuh terdiri dari baju yang terbuat dari beludru berwarna hitam, dihias dengan ornamen kuning emas, serta manik-manik yang mengkilat dan berbentuk leher botol yang melilit leher hingga dada, sedang bab pundak dan separuh punggung dibiarkan terbuka. Di bab leher tersebut dipasang ilat-ilatan yang menutup tengah dada dan sebagai penghias bab atas. Pada bab lengan dihias masing-masing dengan satu buah kelat pundak dan bab pinggang dihias dengan ikat pinggang dan sembong serta dimemberikan hiasan kain berwarna-warni sebagai pemanisnya. Selendang selalu dikenakan di bahu. Sedangkan bab bawah penari Gandrung mengenakan kain batik dengan corak yang bermacam-macam. Dibagian kepala dipasangi hiasan serupa mahkota yang disebut omprok yang terbuat dari kulit kerbau yang disamak dan dimemberikan ornamen berwarna emas dan merah serta dimemberikan ornamen tokoh Antasena, putra Bima yang berkepala insan raksasa namun berbadan ular serta menutupi seluruh rambut penari gandrung.

2. Tari Reog Ponorogo

Reog Ponorogo merupakan kesenian dan tradisi dari Jawa Timur yang merupakan seni tari yang dibawakan oleh beberapa orang pemain dengan penari inti menggunakan topeng kepala singa yang diatasnya terdapat makota bulu-bulu merak dengan berat topeng bisa mencapai 50 kg. Yang unik dari Topeng singa Reog Ponorogo ini yaitu bawa penari yang membawa topeng seberat 50 kg tersebut menghebat dan luar biasakan kekuatan gigi.

Seni Reog Ponorogo terdiri dari  2 hingga 3 tarian pembukaan. Tarian pertama biasanya dibawakan oleh 6-8 laki-laki dengan pakaian serba hitam, dengan muka dipoles warna merah. Para penari ini menggambarkan sosok singa yang pemberani. Berikutnya yaitu tarian yang dibawakan oleh 6-8 gadis yang menaiki kuda. Pada reog tradisionil, penari ini biasanya diperankan oleh penari laki-laki yang berpakaian wanita. Tarian ini dinamakan tari jaran kepang atau jathilan. Untuk sinopsis tidak ada yang kurang tari daerah dari Jawa Timur ini, silahkan kunjungi halaman 6 Kesenian dan Tradisi dari Jawa Timur.

3. Tari Remo

Tari Remo merupakan tari tradisional yang berasal dari desa Ceweng, kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Tari Remo merupakan tarian untuk menyambut tamu kenegaraan, pembukaan program kesenian dan sebagainya. Pada awalnya tari remo ini merupakan tari pembuka pada kesenian Ludruk. Tarian ini bisa dilakukan oleh seorang penari maupun oleh beberapa orang penari. 

Menurut sejarahnya, tari remo merupakan tari yang khusus dibawakan oleh penari laki – laki. Ini berkaitan dengan lakon yang dibawakan dalam tarian ini. Pertunjukan tari remo umumnya menampilkan kisah pangeran yang berjuang dalam sebuah medan pertempuran. Sehingga sisi kemaskulinan penari sangat diperlukan dalam menampilkan tarian ini. Namun, seiring perubahan fungsi dari tari remo ini yang bisa dibawakan dalam rangka penyambutan tamu, tarian ini menjadi ludang kecepeh sering ditarikan oleh perempuan, sehingga memunculkan gaya tarian yang lain: Remo Putri atau Tari Remo gaya perempuan.


Karakteristika yang paling utama dari Tari Remo yaitu gerakan kaki yang rancak dan dinamis. Gerakan ini didukung dengan adanya lonceng-lonceng yang dipasang di pergelangan kaki. Lonceng ini berbunyi dikala penari melangkah atau menghentak di panggung. Selain itu, karakteristika yang lain yakni gerakan selendang atau sampur, gerakan anggukan dan gelengan kepala, verbal wajah, dan kuda-kuda penari menciptakan tarian ini semakin atraktif.

Busana dari penari Remo ada aneka macam macam gaya, di antaranya: Gaya Sawunggaling, Surabayan, Malangan, dan Jombangan. Selain itu terdapat pula busana yang khas digunakan bagi Tari Remo gaya perempuan.

4. Tari Jaranan Buto

Tari Jaranan Buto yaitu tari tradisional yang berkembang didaerah Banyuwangi dan Blitar, Tari jaranan buto ini dipertunjukkan pada Upacara iring-iringan pengantin dan khitanan. Tari ini menggunakan properti kuda buatan mirip halnya yang biasa kita dapati pada Kesenian Kuda Lumping, Jaran Kepang atau Tari Jathilan, namun yang menimbulkan Kesenian Jaran Buto berbeda yaitu properti kuda yang digunakan tidaklah mirip bentuk kuda secara nyata, melainkan kuda tersebut berwajah raksasa atau Buto begitu pula dengan para pemainnya yang juga menggunakan tata rias muka layaknya seorang raksasa yang tidak ada yang kurang dengan muka merah bermata besar, bertaring tajam, berambut panjang dan gimbal.


Tari Jaran Buto dibawakan oleh sedikitnya 16 - 20 orang pemain, dalam pementasannya diiringi alunan musik mirip kendang, dua bonang, dua gong besar, kempul terompet, kecer (seperti epilog cangkir) yang terbuat dari materi tembaga dan seperangkat gamelan. Tari Jaranan Buto ini selalu mengdatang kan atraksi yang mengagumkan, selain atraksi kesurupan para penarinya mirip pada seni jaranan lainnya. Seni tari jaranan buto dalam perkembangannya mempunyai penemuan yang diantaranya yaitu variasi musik pengiringnya dan tata rias penarinya, kostum yang dikenakan oleh penarinya mengalami penemuan begitu pesat setiap tahunnya. Kesenian ini mempunyai beberapa kisah (cerita) dan gerakan tari yang berbeda-beda, sehingga hal ini menjadi sebuah pementasan yang unik. Keunikan seni ini mencakup inti cerita, (sinopsis cerita) kostum penari, dan iringan gamelan yang berbeda dengan kesenian jaranan secara umum.

5. Tari Reog Kendang

Tari Reog Kendang mampu disebut juga dengan Reog Tulungagung, karena tari tradisional ini berkembang di daerah Tulunggagung dan sekitarnya. Sesuai dengan namanya yang mengandung kata kendang, para pemain reog kendang membawa alat yang serupa dengan kendang atau Tam-Tam  (kendang kecil yang digendong).

Beberapa daerah juga mempunyai kesenian yang serupa dengan reog kendang ini, antara lain reog dogdog / benjang dari sunda, reog Cemandi dari Sidoarjo dan reog bulkio dari Blitar.

Pada awalnya Reog Kendang menceritak kisah perihal perjalanan para mantan Gemblak mencari jati diri. lantaran perkembangan zaman, banyak versi dongeng yang di gunakan dalam pementasan.

Berawal pada banyaknya para Gemblak dari kadipaten Sumoroto yang mencari jati diri ke kota tulungagung pada zaman kolonial belanda untuk berkerja sebagai penambang kerikil marmer dan petani cengkih. Untuk menghilangkan rasa penat sehabis berkerja, di buatlah sebuah alat musik homogen ketipung yang hanya mempunyai satu sisi untuk di pukul. lantaran mempunyai kesamaan dengan para gemblak lainnya, jadinya dibuatlah sebuah kesenian tersebut dengan tarian, Konon para Gemblak yaitu para pemain kuda lumping pada kesenian Reyog Ponorogo.

Pada awalnya, Reog kendang berjulukan tabuhan kendang. lantaran pada perkembangan zaman, Tabuhan kendang di kaloborasikan menjadi satu dengan Reog Kadiri (saat ini berjulukan Jaranan) yang merupakan sebuah hiburan rakyat pada waktu itu, Selain itu Para Gemblak yaitu mantan pemain Reyog Ponorogo, maka dinamakanlah Reog Kendang yang khas dan tercipta di kota Tulungagung.
 
 
Tari Reog Kendang - Gambar : dianakusumaa.blogspot.com

6. Tari Glipang

Tari Glipang yaitu sebuah tarian rakyat yang berasal dari Probolinggo Jawa Timur. Pada awalnya tari Glipang berasal dari kata Gholiban yang berasal dari kata bahasa Arab yang berarti kudang kecepeasaan. Tari Glipang memang menggabarkan kudang kecepeasaan-kudang kecepeasaan masyarakat Probolinggo yang lama-kelamaan menjadi tradisi. Pada awalnya tari glipang dibawa oleh seseorang dari Madura yang bernama Seno atau ludang kecepeh dikenal Sari Truno dari Desa Omben Kabupaten Sampang Madura. Sari Truno membawa topeng Madura tersebut untuk menerapkan di Desa Pendil, Probolinggo. Akantetapi masyarakat Desa Pendil sangat agamis, sehingga  menolak adanya topeng Madura tersebut dengan alasan karena didalamnya terdapat alat musik gamelan. Pada jadinya kesenian tersebut dirubah menjadi Raudlah yang artinya olahraga. Sehingga hingga kini tari glipang ini menggambarkan betapa gagah dan terampilnya para cowok yang sedang memperlancar olah keprajuritan

Tari Glipang - Gambar : http://igozigozza.blogspot.co.id


7.  Tari Gembu/Gambu



Seperti halnya tari Glipang, Tarian Gembu/Gambuh menggambarkan prajurit yang memperlancar perang dengan berbekal senjata keris dan perisai kecil. Tarian ini digunakan untuk menyambut tamu agung dan para raja di daerah Sumenep, Madura.

Dahulu tarian Gembu/Gambu ludang kecepeh dikenal dengan Tari keris, dalam catatan Serat Pararaton tari Gambu disebut dengan Tari Silat Sudukan Dhuwung, yang diciptakan oleh Arya Wiraraja dan diajarkan pada para pengikut Raden Wijaya kala mengungsi di keraton Sumenep. Tarian tersebut pernah ditampilkan di keraton Daha oleh para pengikut Raden Wijaya pada perayaan Wuku Galungan yang dilaksanakan oleh Raja Jayakatong dalam suatu program pasasraman di Manguntur Keraton Daha yang selalu dilaksanakan setiap final tahun pada Wuku Galungan. Para pengikut Raden Wijaya antara lain Lembusora, Ranggalawe dan Nambi diadu dengan para Senopati Daha yakni Kebo Mundarang, Mahesa Rubuh dan Pangelet, dan kemenangan berada pada pengikut Raden Wijaya.


Tari Keris ciptaan Arya Wiraraja ini usang sekali tidak diatraksikan. Pada masa kerajaan Mataram Islam di Jawa yakni pada pemerintahan Raden Mas Rangsang Panembahan Agung Prabu Pandita Caktamakuma Senapati ing Alaga Khalifatullah (Sultan Mataram 1613-1645), seorang Raja yang sangat peduli dengan seni dan budaya. Maka kala itu Sumenep diperintah oleh seorang Adipati kerabat Sultan Agung yang bernama Kanjeng Pangeran Ario Anggadipa tarian tersebut dihidupkan kembali sekitar tahun 1630, dimemberikan nama “Kambuh” dalam bahasa Jawa berarti “terulang kembali” dan hingga detik ini terus dimemberikan nama Kambuh dan usang kelamaan berubah istilah menjadi tari Gambu dalam logat Sumenep.


8.  Tari Beskalan


Tari Beskalan adalah salah satu tari tradisional yang berasal dari Kabupaten Malang, Jawa Timur. Tari Beskalan ini dibawakan untuk menyambut kedatangan tamu kehormatan yang tiba kesana. Selain untuk menyambut tamu, tari Beskalan juga sering diadakan pada pembukaan kesenian ludruk, tetaptnya sebagai tari pembuka kedua sehabis tari remo. Tari Beskalan juga disebut dengan tari topeng malangan.
Gerakan dalam Tari Beskalan ini hampir sama dengan gerakan pada Tari Remo, hanya saja gerakan dalam tarian ini ludang kecepeh anggun, lincah dan dinamis. Sehingga menggambarkan sisi kecantikan dan kelincahan seorang wanita.


Tari Beskalan ini biasanya dimainkan oleh empat orang penari wanita. Namun di program tertentu sanggup juga dimainkan oleh dua orang, bahkan ada juga yang ludang kecepeh dari empat orang. Dalam pertunjukannya penari menggunakan busana dan tata rias khas Tari Beskalan. Pada bab kepala penari menggunakan sanggul yang dihias dengan cundhuk mentul. Lalu pada bab tubuh atas menggunakan kemben dan dipadukan dengan ilat – ilatan. Untuk bab bawah menggunakan celana sepanjang lutut dan tambahan kain pada bab depan dan belakan yang panjangnya sejajar dengan celana. Sedangkan pada bab kaki menggunakan kaus kaki putih dan gongseng. Tidak lupa selendang yang di pasangkan di pundak yang digunakan untuk attribute menari. 




9. Tari Sri Panganti


Tari Sri Panganti yaitu salah satu jenis kesenian tari tradisional yang berasal dari daerah Lamongan, Jawa Timur. Kata "Sri" mempunyai arti perempuan dan kata "Panganti" mempunyai arti menanti atau menunggu, yang berarti seorang perempuan yang sedang menanti cowok idaman. 
Tari Sri Panganti menceritakan perihal kegembiraan bawah umur yang menginjak usia dewasa yang jatuh cinta dan menanti seorang pemuda. Gerakan tarian yang lemah gemulai menggambarkan para dewasa yang berusaha memikat sang cowok idaman. Tarian ini biasa ditampilkan pada program pagelaran seni, kampoeng merdeka, wisuda, dan juga pernikahan. Kostum yang dikenakan yaitu kostum yang "soft" dan tidak mencolok. Sri Panganti sanggup ditampilkan oleh satu atau beberapa orang dewasa dikala sedang "dolanan" ( bermain). 


10.  Tari Tanduk Majeng

Tari Tanduk Majeng berasal dari Madura, Jawa Timur. Sesuai dengan namanya, tarian ini juga diiringi lagu daerah Jawa Timur yaitu Tanduk Majeng. Tarian ini menggambarkan perihal para perempuan Madura yang semangat untuk menghibur suaminya. 

Tari Tanduk Majeng dapat ditarikan secara individu atau kelompok. Alat musik pengiring tari Lenggang Surabaya yaitu sinden, gamelan, dll dan biasanya ditarikan diajang perlombaan kesenian Jawa Timur. Tari Tanduk Majeng  merupakan kesenian dari Madura yang cukup dikenal dan banyak digunakan. Para penari Tanduk Majeng ditidak ada yang kurangi dengan gelang kecil di kedua tangannya sedangkan kaki dipasang gelang yang besar. Dan biasanya menggunakan baju warna merah dan menggunakan jarik (selendang khas Madura yang digunakan di pinggang). 

 yaitu sebuah provinsi yang terletak di Bagian Timur Pulau Jawa 10 Tari Tradisional Jawa Timur


Demikian Sobat Tradisi, 10 Tari Tradisional Jawa Timur semoga menambah wawasan kita mengenai tarian daerah nusantara. Sampai jumpa pada artikel mengenai tari daerah lainnya.
 
Sumber : 


1. https://id.wikipedia.org/wiki/Gandrung_Banyuwangi
2. /search?q=tari-beskalan-tarian-tradisional-dari
3. https://id.wikipedia.org/wiki/Tari_Remo
4. http://zainbie.com/seni-tari-jaranan-buto-banyuwangi/
5. https://id.wikipedia.org/wiki/Reog_Kendang
6. /search?q=tari-beskalan-tarian-tradisional-dari 

7. https://id.wikipedia.org/wiki/Sri_Panganti 
8. /search?q=tari-beskalan-tarian-tradisional-dari
Advertisement

Iklan Sidebar