'/> Tari Ronggeng Gunung, Seni Karuhun Pangandaran Dan Ciamis

Info Populer 2022

Tari Ronggeng Gunung, Seni Karuhun Pangandaran Dan Ciamis

Tari Ronggeng Gunung, Seni Karuhun Pangandaran Dan Ciamis
Tari Ronggeng Gunung, Seni Karuhun Pangandaran Dan Ciamis
Tari Ronggeng Gunung, Seni Karuhun Pangandaran dan Ciamis | TradisiKita - Mendengar kata ronggeng, mungkin sebagian masyarakat Indonesia sudah bisa menggambarkannya yaitu sekumpulan penari perempuan yang menari diiringi tetabuhan khas Jawa Barat. Kesenian ini memang sangat terkenal di sekitar Provinsi Jawa Barat, namun di beberapa Kabupaten mempunyai beberapa nama yang berbeda. Barangkali Sobat Tradisi juga pernah mendengar istilah ronggeng topeng, ketuk tilu, banjet atau Ronggeng Gunung?

Ronggeng Gunung ialah sebuah tarian yang berasal dari Kabupaten Ciamis dan Pangandaran, Provinsi Jawa Barat. Ada sebuah legenda yang menceritakan mengenai asal usul  Kesenian ronggeng gunung ini yang lahir dari rasa ingin balas dendam dari seorang putri dari keraton Galu Pakuan Pajajaran berjulukan Dewi Siti Semboja.Disisi lainnya dalam mitologi Sunda, Dewi Samboja atau Dewi Rengganis hampir sama dengan Nyai Pohaci Sanghyang Asri yang selalu dikaitkan dengan kegiatan bertani dan kelebat dan menyuburkana.

Tari Ronggeng Gunung dari Jawa Barat


Untuk mengenal tari ronggeng gunung sebagai warisan kebudayaan masyarakat Indonesia, dibawah ini kami akan sajikan artikel wacana asal undangan tari ronggeng gunung yang kami rangkum dari beberapa media online.

1. Asal Usul Tari Ronggeng Gunung


Salah satu budayawan asal Cijulang - Pangandaran, melalui cakrawalamedia.co.id mengungkapkan bahwa Tari Ronggeng Gunung yang ada ketika ini ternyata tertuang dalam sebuah kitab yang berjulukan Kitab Damar Wulan atau Kitab Aji Saka.

Hal ini diperkuat dengan bukti-bukti tersimpannya seperangkat pertidak ada yang kurangan kuno Tari Ronggeng Gunung di Keramat Jambu Handap. Kuncen Kramat Jambu Handap berjulukan Ceceng juga menjelaskan bahwa waktu itu kesenian Ronggeng Gunung dipimpin oleh Ki Raksa Dipa yang sekaligus menjadi pemain kendang pada tahun 1200 masehi. " Kesenian Ronggeng Gunung tertuang dalam babad Jambu Handap yang dituangkan dalam sebuah kitab yang ditulis memakai goresan pena sunda begon oleh 3 tokoh diantaranya Sabda Jaya atau Eyang Gendeng Mataram, Embah Sangupati dan Embah Sutapati"

Pertidak ada yang kurangan atau alat-alat Ronggeng Gunung yang tersimpan di Kramat Jambu Handap berupa goong beunde 1 unit, bonang ketuk 3 peclon. Selain alat musik tradisional Jawa Barat tersebut, terdapat pula pertidak ada yang kurangan berupa baju atau pakaian adat yang dipakai untuk menari oleh Nyi Mas Bageum berupa dodot samping, ikeut sarung, karembong, kabaya dan sampur.

Adapun kisah rakyat yang menceritakan asal mula tari ronggeng gunung sanggup Sobat baca pada artikel bertopik legenda dan kisah rakyat dengan judul Dewi Siti Semboja (Asal Musa Ronggeng Gunung)

 mungkin sebagian masyarakat Indonesia sudah bisa menggambarkannya yaitu sekumpulan penari Tari Ronggeng Gunung, Seni Karuhun Pangandaran dan Ciamis

2. Perkembangan Tari Ronggeng Gunung

Tari Ronggeng Gunung ini terus menjadi dikenal dan banyak dipakai dan menyebar luas ke beberapa wilayah di seputar  Kabupaten Pangandaran dan Cimais, Provinsi Jawa Barat. Pada ketika memasuki periode tahun 1940-1945, banyak terjadi pergeseran penilaian-penilaian budaya dari sebelumnya. Pergeseran evaluasi ini meresap juga ke dalam kesenian ronggeng gunung, contohnya di dalam cara menghormat yang tiruanla dengan cara merapatkan tangan di kepingan dada berganti dengan cara bersalaman. Bahkan karenanya cara bersalaman ini telah banyak disalah gunakan, dimana para penari pria atau orang-orang tertentu bukan hanya bersalaman, melainkan akan bertindak ludang kecepeh jauh menyerupai mencium dan lain sebagainya. Terkadang para penari sanggup dibawa ke tempat yang sepi. Karena tidak sesuai dengan adat-istiadat, maka ditahun 1948 kesenian ronggeng gunung ini dihentikan dipertunjukkan untuk umum.

Baru ditahun 1950 kesenian ronggeng gunung ini kembali dihidupkan dengan beberapa pembaruan, baik itu dalam tarian ataupun dalam pengorganisasian sehingga kemungkinan timbulnya hal-hal negatif tersebut sanggup dihindarkan.


Desa-desa di Ciamis selatan yang mempunyai kesenian ronggeng gunung ialah di desa Panyutran, Ciparakan, Burujul dan kemudian menyebar ke arah selatan, yakni di Kawedanaan Pangandaran hingga ke Kecamatan Cijulang. Didalam beberapa generasi ronggeng gunung ini bisa mempertahankan ciri-ciri khas yang dimiliki.

Namun demikian ditemukan juga tarian dalam bentuk yang hampir sama yang ada di tempat lain menyerupai dombret di Subang, banjet di Krawang. Perbedaan masih tetap nyata. Jika banjet dan dombret telah banyak memakai lagu-lagu populer, namun ronggeng gunung ini tetap mempergunakan lagu-lagu yang bersifat buhun atau lama. Dombret dan banjet telah banyak dipengaruhi oleh budaya dari luar Sunda, menyerupai Bugis Makasar, Lampung, Jawa, dan juga Madura melalui pergaulan diantara para nelayan.

Seperti halnya pada tarian lain sejenisnya, ronggeng gunung ini juga merupakan tari hiburan dan pakaian yang dikenakan juga sesuai dengan tradisi setempat. Segi lain yang menarik dalam pertunjukan ini ialah disaat pertunjukan berlangsung, yakni dengan sering tampilnya para penonton dalam menemani penari ronggeng menari. Seringkah tingkah penari penonton ini menciptakan geli orang-orang yang menyaksikan, sehingga menciptakan suasana berkembang menjadi riuh dan bergembira. Suasana yang ditampilkan ini menunjukkan ciri khas dari kesenian rakyat, yaitu bersahabat dimana penari dan para penonton berbaur tanpa batas yang jelas.

Dimasa pemberontakan DI/TII berkecamuk di Jawa Barat, kesenian ronggeng gunung ini hampir-hampir lenyap dikarenakan sering terjadinya gangguan terhadap pertunjukan yang sedang berlangsung. Setelah kemudian gerombolan DI/TII ditumpas, pertunjukan ronggeng gunung ini pun muncul kembali.

3. Fungsi dan Makna Tari Ronggeng Gunung


Fungsi dari tari ronggeng berfungsi sebagai tari hiburan masyarakat di Jawa Barat, khususnya tempat Ciamis dan Pangandaran sebagai tempat asal undangan terlahirnya kesenian rakyat ini. Tari ronggeng gunung biasanya digelar di halaman rumah pada ketika ada program perkawinan, khitanan atau bahkan di huma (ladang), contohnya knorma dan sopan santun diharapkan untuk upacara membajak atau menanam padi ladang. Durasi sebuah pementasan Ronggeng Gunung biasanya memakan waktu cukup lama, adakala gres selesai menjelang subuh.

Dalam perkembangannya tari ronggeng gunung sanggup dibedakan menjadi 2 macam, yaitu sebagai tari hiburan dan tari ronggeng gunung untuk program adat. Pada program Ronggeng Gunung sebagai tarian hiburan biasanya ludang kecepeh fleksibel tanpa adanya pakem tertentu. Sebaliknya untuk program adat, tari ronggeng gunung ini dikenai pakem-pakem tertentu menyerupai urutan lagu yang dibawakan.

4. Pertunjukan Tari Ronggeng Gunung


Tari Ronggeng Gunung ini dibawakan oleh grup / kelompok kesenian ronggeng. Orang-orang yang terkumpul dalam kelompok kesenian Ronggeng Gunung biasanya terdiri dari enam hingga sepuluh orang. Namun demikian, sanggup pula terjadi tukar-menukar atau meminjam pemain dari kelompok lain. Biasanya peminjaman pemain terjadi untuk memperoleh pesinden lalugu, yaitu perempuan yang sudah berumur agak lanjut, tetapi mempunyai kemampuan yang sangat mengagumkan dalam hal tarik suara. Dia bertugas membawakan lagu-lagu tertentu yang tidak sanggup dibawakan oleh pesinden biasa. Sedangkan, peralatan musik yang dipakai untuk mengiringi tari Ronggeng Gunung ialah tiga buah ketuk, gong dan kendang.

Sebagai catatan, untuk menjadi seorang ronggeng pada zaman berlalu dan silam memang tidak sememperringan dan sepele sekarang. Beberapa syarat yang harus dipenuhi antara lain bentuk tubuh bagus, sanggup melaksanakan puasa 40 hari yang setiap berbuka puasa hanya diperkenankan makan pisang raja dua buah, latihan nafas untuk memperbaiki suara, fisik dan juga rohani yang dibimbing oleh sangat menguasainya. Dan, yang umum berlaku, seorang ronggeng harus tidak terikat perkawinan. Oleh alasannya itu, seorang penari ronggeng harus seorang gadis atau janda.

Ronggeng Gunung dibawakan oleh 5 orang penari perempuan dengan 1 penari utama. Dalam pertunjukannya tarian ini dibawakan berbaur antara penari ronggeng dan penonton, tanpa adanya batasan yang jelas.

5. Kostum Penari Ronggeng Gunung


Para penari perempuan dalam tarian Ronggeng Gunung ini mengenakan busana khas Jawa Barat untuk menari. Busana perempuan tersebut terdiri dari dodot samping, ikeut sarung, karembong, kabaya dan sampur.

Para penari ronggeng gunung juga masing-masing membawa sebuah selendang sebagai properti dalam menari.

6. Musik Pengiring  Tari Ronggeng Gunung


Adapun musik pengiring tari ronggeng gunung ini terdiri dari beberapa alat musik Jawa Barat yaitu gong, kendang dan bonang.

Demikian Sobat Tradisi, gosip mengenai tari Ronggeng Gunung, Seni Karuhun Pangandaran dan Ciamis. Semoga memberi manfaat.


Referensi :
  • https://www.cakrawalamedia.co.id/tari-ronggeng-gunung-jadi-rebutan-kabupaten-pangandaran-dan-ciamis/
  • /search?q=tari-ronggeng-gunung-tarian-tradisional-dari-ciamis
  • /search?q=tari-ronggeng-gunung-tarian-tradisional-dari-ciamis
Advertisement

Iklan Sidebar