Legenda Batu Gantung | TradisiKita - Batu Gantung yaitu pahatan alam berupa bebatuan yang terletak di Parapat Sumatera Utara. Jika sobat Tradisi pernah berwisata ke tempat Danau Toba, niscaya tidak akan melewatkan objek wisata kerikil gantung ini.enapa didiberi nama Batu Gantung? Tidak lain yaitu lantaran letak batunya yang tampak menggantung ke bawah.Batu ini terlihat ibarat postur badan insan dengan posisi lurus ke bawah dengan keadaan terbalik. Banyak sekali legenda yang berkembang di masyarakat secara turun temurun perihal asal muasal terbentuknya fenomena alam ini.
Tahukah Sobat kalau objek wisata Batu Gantung ini mempunyai dongeng atau legenda yang cukup dikenal di tempat Sumatera Utara? dongeng rakyat perihal asal permintaan Batu Gantung di Perapat ini bisa sobat ketahui dibawah ini :
Tahukah Sobat kalau objek wisata Batu Gantung ini mempunyai dongeng atau legenda yang cukup dikenal di tempat Sumatera Utara? dongeng rakyat perihal asal permintaan Batu Gantung di Perapat ini bisa sobat ketahui dibawah ini :
Legenda Batu Gantung
Pada jaman lampau kala di sebuah desa kecil di tepi Danau Toba hiduplah sepasang suami-isteri dengan seorang anak perempuannya yang bagus jelita berjulukan Seruni. Selain cantik, Seruni juga tergolong sebagai anak yang rajin lantaran selalu membantu kedua orang tuanya knorma dan budpekerti mereka sedang bekerja di ladang yang hasilnya dipakai untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari.
Suatu hari, Seruni harus bekerja di ladang seorang diri lantaran kedua orang tuanya sedang ada keperluan di desa tetangga. Ia hanya ditemani oleh anjing peliharaannya yang didiberi nama Si Toki. Sesampainya di ladang Seruni hanya duduk bengong sambil memandangi indahnya alam Danau Toba. Sementara anjingnya, Si Toki, ikut duduk disamping sambil menatap wajah majikannya yang tampak mirip sedang menghadapi suatu masalah. Sesekali sang anjing menggonggong untuk mengalihkan perhatian Seruni apabila ada sesuatu yang mencurigakan di sekitar ladang.
Sebenarnya, beberapa hari terakhir Seruni selalu tampak murung. Hal ini disebabkan lantaran Sang Ayah akan menjodohkannya dengan seorang perjaka yang masih tergolong sepupunya sendiri. Padahal, ia telah menjalin kekerabatan asmara dengan seorang perjaka di desanya dan telah berjanji pula akan membina rumah tangga. Keadaan ini membuatnya menjadi bingung, tidak tahu harus berbuat apa, dan mulai berputus asa. Di satu sisi ia tidak ingin mengecewakan kedua orang tuanya, namun di sisi lain ia juga tidak sanggup kalau harus berpisah dengan perjaka pujaan hatinya.
Setelah merenung beberapa dikala dan tanpa menghasilkan apa-apa, Seruni beranjak bangun dari tempat ia duduk. Dengan berderai air mata ia berjalan perlahan ke arah Danau Toba. Rupanya ia sudah sangat berputus asa dan ingin mengakhiri hidupnya dengan cara menceburkan diri ke Danau Toba. Sementara Si Toki yang juga mengikuti majikannya menuju tepi danau hanya bisa menggonggong lantaran tidak tahu apa yang sedang berkecamuk di dalam benak Seruni.
Saat berjalan ke arah tudang kecepeng di tepi Danau Toba, tiba-tiba ia terperosok ke dalam sebuah lubang kerikil besar hingga masuk ke dasarnya. Dan, lantaran berada di dasar lubang yang sangat gelap, menciptakan gadis bagus itu menjadi takut dan berteriak minta tolong kepada anjing kesayangannya. Namun lantaran Si Toki hanyalah sebuntut binatang, maka ia tidak sanggup berbuat apa-apa kecuali terus-menerus menggonggong di sekitar ekspresi lubang.
Akhirnya gadis itu pun semakin frustasi dan berkata dalam hati, “Ah, ludang kecepeh baik saya mati saja.”
Setelah berkata mirip itu, entah mengapa dinding-dinding lubang tersebut mulai merapat. “Parapat…! Parapat batu!” seru Seruni biar dinding kerikil semakin merapat dan menghimpit tubuhnya.
Melihat bencana itu Si Toki eksklusif berlari ke rumah untuk meminta bantuan. Sesampainya di rumah Si Toki segera menghampiri orang bau tanah Seruni yang kebetulan sudah berada di rumah. Sambil menggonggong, mencakar-cakar tanah dan mondar-mandir di sekitar majikannya, Si Toki berusaha memdiberitahukan bahwa Seruni dalam keadaan bahaya.
Sadar akan apa yang sedang diisyaratkan oleh si anjing, orang bau tanah Seruni segera beranjak menuju ladang. Keduanya berlari mengikuti Si Toki hingga hingga ke tepi lubang tempat anak gadis mereka terperosok. Knorma dan budpekerti mendengar jeritan anaknya dari dalam lubang, Sang Ibu segera menciptakan obor sebagai penerang lantaran hari telah senja. Sementara Sang Ayah berlari kembali menuju desa untuk meminta pinjaman para tetangga.
Tak berapa usang kemudian, sebagian besar tetangga telah berkumpul di rumah ayah Seruni untuk bantu-membantu menuju ke lubang tempat Seruni terperosok. Mereka ada yang membawa tangga bambu, tambang, dan obor sebagai penerangan.
Sesampainya rombongan di ladang, sambil bercucuran air mata Ibu Seruni berkata pada suaminya, “Pak, lubangnya terlalu dalam dan tidak tembus cahaya. Saya hanya mendengar sayup-sayup bunyi anak kita yang berkata: parapat, parapat batu…”
Tanpa menjawaban pertanyaan isterinya, Ayah Seruni segera melonggok ke dalam lubang dan berteriak, “Seruniii…! Serunii…!”
“Seruni…anakku! Kami akan menolongmu!” sang ibu ikut berteriak.
Beberapa kali mereka berteriak, namun tidak menerima jawabanan dari Seruni. Hanya bunyi Seruni terdengar sayup-sayup yang menyuruh kerikil di sekelilingnya untuk merapat dan menghimpitnya.
Warga yang muncul di tempat itu juga berusaha untuk membantu dengan mengulurkan seutas tambang hingga ke dasar lubang, namun sama sekali tidak disentuh atau dipegang oleh Seruni.
Merasa khawatir, Sang Ayah tetapkan untuk menyusul puterinya masuk ke dalam lubang, “Bu, pegang obor ini! Saya akan turun menjemput anak kita!”
“Jangan gegabah, Pak. Lubang ini sangat berbahaya!” cegah sang isteri.
“Benar Pak, lubang ini sangat dalam dan gelap,” sahut salah seorang tetangganya.
Setelah ayah Seruni mengurungkan niatnya, tiba-tiba terdengar bunyi gemuruh dan bumi pun bergoncang dahsyat yang menciptakan lubang secara perlahan merapat dan tertutup dengan sendirinya. Seruni yang berada di dalam lubang alhasil terhimpit dan tidak sanggup diselamatkan.
Beberapa dikala sesudah gempa berhenti, di atas lubang yang telah tertutup itu muncullah sebuah kerikil besar yang ibarat badan seorang gadis yang seperti menggantung pada dinding tudang kecepeng di tepi Danau Toba. Orang-orang yang melihat bencana itu mempercayai bahwa kerikil itu yaitu penjelmaan dari Seruni dan kemudian menamainya sebagai “Batu Gantung”.
Dan, lantaran ucapan Seruni yang terakhir didengar oleh warga hanyalah “parapat, parapat, dan parapat”, maka tempat di sekitar Batu Gantung kemudian didiberi nama Parapat. Kini Parapat telah bermetamorfosis menjadi salah satu kota tujuan wisata di Provinsi Sumatera Utara.
Demikian Sobat Tradisi, sebuah legenda mengenai kerikil gantung yang ada di kota Parapat Provinsi Sumatera Utara.
Advertisement